- Pengertian Kesusastraan : Sastra (Sanskerta: shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta
‘Sastra’, yang berarti “teks yang mengandung instruksi” atau “pedoman”,
dari kata dasar ‘Sas’ yang berarti “instruksi” atau “ajaran” dan ‘Tra’
yang berarti “alat” atau “sarana”. Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa
digunakan untuk merujuk kepada “kesusastraan” atau sebuah jenis tulisan
yang memiliki arti atau keindahan tertentu.
- Hubungan Manusia dengan Kesusastraan :
Ilmu Budaya Dasar pada kali
ini berkaitan dengan budaya yang ada dalam keseharian dan budaya bangsa.
Istilah Humanities yang berasal dari bahasa latin yaitu, manusiawi, berbudaya
dan halus.
Istilah Humanities berkaitan
dengan cabang-cabang ilmu lainnya seperti filsafat, teknologi, seni dan
cabang-cabangnya termasuk sastra, sejarah, cerita rakyat, dsb. Dari semua itu
intinya adalah mempelajari masalah manusia dan kebudayaan.
Hampir disetiap zaman, seni termasuk sastra memegang peranan yang lebih penting
dalam Basic Humanities. Ini terjadi karena seni merupakan ekspresi nilai-nilai
kemanusiaan, dan bukannya formulasi nilai-nilai kemanusiaan seperti yang
terdapat dalam filsafat atau agama.
Memang ini harus
kita lalui,
Perpisahan ini
bukan tuk selamanya, melainkan hanya sementara.
Masa depan yang
cerah menanti kita di depan sana,
Bersabarlah,
sayang.
Eh, hai. Namaku
Jingga, dan dia Biru.
Biru adalah
nafasku,
Biru adalah
denyut nadiku,
Dia adalah detak
jantungku,
dan bagiku, dia adalah
segalanya.
Malam ini terasa
sepi untukku, angin yang berhembus begitu menusuk sangat dalam, seakan-akan ia
memperingati waktu yang tepat untuk merindu. Ya, bagaimana tidak? Langit di
atas sana sangat gelap, sepertinya ia merindukan birunya. Tentu saja sama
seperti denganku, aku merindukan Biruku.
Wahai, apa
kabarmu di sebrang sana?
Aku di sini
sedang tidak baik, bukan karena aku sakit. Tapi karena aku merindukanmu. Biru, kau harus
dengar ceritaku. Saat kau pergi, banyak sekali orang-orang yang berbisik, “ah,
mana mungkin laki-laki bisa setia kalau ldr-an.”
Atau, “kau ini bodoh, Jingga. Kau itu bukan menunggu Biru kembali, tetapi
menunggu Biru untuk meninggalkanmu.” Mereka pikir bahwa laki-laki adalah sama,
nyatanya kau beda dari yang lain, Biru. Kau tidak perlu khawatir, karena aku
tak pernah dengarkan kata orang lain.
Biru, kau tahu?
Semenjak kau pergi dari sini langit selalu menangis, tak kenal siang ataupun
malam. Sepertinya mereka tahu, bahwa hatiku menangis saat berulang kali baca
surat yang kau berikan, “Hallo, Jinggaku.
Apa kabarnya dirimu? Aku di sini sangat merindukanmu. Kau tahu tidak? Kemarin
ada pelangi, tapi warna Jingganya hilang. Setelah ku cari-cari ternyata
Jingganya sudah menjadi milikku, hehe. Jingga, aku sangat mencintaimu.” Ah,
Biru memang selalu begitu. Selalu berhasil membuat air mata ini jatuh setiap
kali merindukannya.
Aku tahu, kita
memang berada di tempat yang berbeda. Aku di sini, dan kau di sebrang sana.
Tapi aku tidak merasa jauh darimu, karena aku masih dapat melihat Biruku di
atas sana. Karena setiap kali ada pelangi, Jingga dan Biru selalu berdekatan,
mereka tak pernah berjauhan. Semua orang tahu itu.
Dan aku tahu,
Biruku sangat mencintai Jingganya.
Salam, Jingga.
Wanita yang juga mencintaimu.