Rabu, 16 November 2016

Manusia dengan Kesusastraan

  • Pengertian Kesusastraan : Sastra (Sanskerta: shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta ‘Sastra’, yang berarti “teks yang mengandung instruksi” atau “pedoman”, dari kata dasar ‘Sas’ yang berarti “instruksi” atau “ajaran” dan ‘Tra’ yang berarti “alat” atau “sarana”. Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada “kesusastraan” atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu.
  • Hubungan Manusia dengan Kesusastraan :
    Ilmu Budaya Dasar pada kali ini berkaitan dengan budaya yang ada dalam keseharian dan budaya bangsa. Istilah Humanities yang berasal dari bahasa latin yaitu, manusiawi, berbudaya dan halus.
    Istilah Humanities berkaitan dengan cabang-cabang ilmu lainnya seperti filsafat, teknologi, seni dan cabang-cabangnya termasuk sastra, sejarah, cerita rakyat, dsb. Dari semua itu intinya adalah mempelajari masalah manusia dan kebudayaan.
    Hampir disetiap zaman, seni termasuk sastra memegang peranan yang lebih penting dalam Basic Humanities. Ini terjadi karena seni merupakan ekspresi nilai-nilai kemanusiaan, dan bukannya formulasi nilai-nilai kemanusiaan seperti yang terdapat dalam filsafat atau agama.
  • Contoh Kesusastraan : 
Memang ini harus kita lalui,
Perpisahan ini bukan tuk selamanya, melainkan hanya sementara.
Masa depan yang cerah menanti kita di depan sana,
Bersabarlah, sayang.
Eh, hai. Namaku Jingga, dan dia Biru.
Biru adalah nafasku,
Biru adalah denyut nadiku,
Dia adalah detak jantungku,
dan bagiku, dia adalah segalanya.
Malam ini terasa sepi untukku, angin yang berhembus begitu menusuk sangat dalam, seakan-akan ia memperingati waktu yang tepat untuk merindu. Ya, bagaimana tidak? Langit di atas sana sangat gelap, sepertinya ia merindukan birunya. Tentu saja sama seperti denganku, aku merindukan Biruku.
Wahai, apa kabarmu di sebrang sana?
Aku di sini sedang tidak baik, bukan karena aku sakit. Tapi karena aku merindukanmu. Biru, kau harus dengar ceritaku. Saat kau pergi, banyak sekali orang-orang yang berbisik, “ah, mana mungkin laki-laki bisa setia kalau ldr-an.” Atau, “kau ini bodoh, Jingga. Kau itu bukan menunggu Biru kembali, tetapi menunggu Biru untuk meninggalkanmu.” Mereka pikir bahwa laki-laki adalah sama, nyatanya kau beda dari yang lain, Biru. Kau tidak perlu khawatir, karena aku tak pernah dengarkan kata orang lain.
Biru, kau tahu? Semenjak kau pergi dari sini langit selalu menangis, tak kenal siang ataupun malam. Sepertinya mereka tahu, bahwa hatiku menangis saat berulang kali baca surat yang kau berikan, “Hallo, Jinggaku. Apa kabarnya dirimu? Aku di sini sangat merindukanmu. Kau tahu tidak? Kemarin ada pelangi, tapi warna Jingganya hilang. Setelah ku cari-cari ternyata Jingganya sudah menjadi milikku, hehe. Jingga, aku sangat mencintaimu.” Ah, Biru memang selalu begitu. Selalu berhasil membuat air mata ini jatuh setiap kali merindukannya. 
Aku tahu, kita memang berada di tempat yang berbeda. Aku di sini, dan kau di sebrang sana. Tapi aku tidak merasa jauh darimu, karena aku masih dapat melihat Biruku di atas sana. Karena setiap kali ada pelangi, Jingga dan Biru selalu berdekatan, mereka tak pernah berjauhan. Semua orang tahu itu.
Dan aku tahu, Biruku sangat mencintai Jingganya.
Salam, Jingga. Wanita yang juga mencintaimu.
 
 
     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar